Pensil



Memiliki kualitas PENSIL
  1. Penciptaan
Suatu kehidupan, penemuan, penciptaan pasti memiliki satu tujuan. Tidak ada hal satupun didunia ini yang diciptakan tanpa memiliki tujuan. Victor Frankl yang memopulerkan Logoterapi, yang dia sendiri pernah disiksa oleh Nazi, mengemukakan “tujuan hidup yang jelas, membuat orang punya harapan serta tidak mengakhiri hidupnya”. Itulah sebabnya, tak mengherankan jika dikatakan bahwa salah satu penyebab terbesar dari angka bunuh diri adalah kehilangan arah ataupun tujuan hidup.
Tugas utama pensil adalah untuk menulis, pensil boleh melakukan fungsi apapun, tetapi apabila pensil ini gagal berfungsi sebagai alat tulis, maka pensil itu bisa dikatakan gagal dalam melakukan tugas utamanya.

2. Penajaman
Supaya pensil dapat berfungsi dengan sempurna, maka pensil itu harus mengalami proses penajaman. Proses penajaman itu tentu sakit, tapi melalui proses penajaman itu, akan membuat suatu pensil dapat melakukan tugasnya dengan optimal.
Seringkali dalam kehidupan juga seperti itu. Banyak banget hal-hal yang menyakitkan, masalah demi masalah muncul, entah ditempat kita kuliah, kerja, sekolah, dirumah. Kadang-kadang mungkin kita bilang “cukup Tuhan, cukup”. tanpa kita sadari kalau kita berhenti dalam proses itu, berarti kita tidak berfungsi sebagai mana mestinya.
Beberapa bulan yang lalu aku pernah sharing sama nyokap, dan membahas tentang pohon ara. Mengapa banyak sekali dialkitab, dimana Tuhan menggunakan pohon ara sebagai perumpamaan dan kalau kita cari, kita banyak menemukan kata “pohon ara” dalam alkitab. Itu juga sempat membuatku bertanya-tanya.
Mat 24:32 = tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara: apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat.
Ams 27:18a = siapa memelihara pohon ara akan memakan buahnya
Kej 3:7 = maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat
Dan aku mendapatkan bahwa pohon ara itu ternyata berasal dari daerah Timur Tengah, pohonnya bisa dibilang lebih besar dari pohon-pohon biasa yang kita lihat didepan rumah kita, selain itu buahnya juga bisa dimakan. Tetapi yang aneh dari pohon ara itu, bahwa saat petani menanam pohon ara, petani itu akan menindih benih pohon ara itu dengan batu. Ternyata batu itu digunakan untuk melindungi benih pohon ara dari hembusan angin dan dari binatang. Sampai beberapa waktu benih itu akan berakar ke dalam semakin banyak dan semakin kuat. Walau dari luar tidak tampak kehidupan, tetapi dibawahnya akarnya terus menjalar.
Setelah dirasa cukup barulah tunasnya akan muncul perlahan. Pohon ara itu akan tumbuh semakin besar dan kuat hingga akhirnya akan sanggup menggulingkan batu yang menindihnya. Bahkan pohon ara mampu menaungi segala makhluk yang berlindung dari terik matahari yang membakar.
Jadi kalau suatu saat kita sedang ada masalah, ingatlah pelajaran dari pohon ara ini. Segala kesulitan yang menindih kita, sebenarnya merupakan sebuah kesempatan baik untuk kita terus berakar dan semakin kuat di dalam Tuhan.

3. Karbon
Inti dari pensil itu adalah karbonnya. Walaupun suatu pensil dikemas dengan warna apapun dari luarnya, tetapi jika karbonnya hitam, tetap akan mengeluarkan warna hitam. Begitu juga dengan kita. Walaupun kita tetap memperhatikan apa yang diluar, karena manusia memang melihat apa yang ada diluar, tetapi yang lebih penting adalah apa yang ada didalam kita. Yang didalam kitalah yang membuat diri kita berharga dan berguna. 
Banyak artis, ataupun bintang film yang terkenal, justru yang hebat bukanlah karena mereka paling cantik ataupun paling tampan. Tetapi, kemampuan dalam diri mereka, filosofi serta semangat merekalah yang membuat mereka menjadi luar biasa. karakter, kemampuan, bakat, motivasi, semangat, pola pikir itulah yang akan lebih berdampak daripada tampilan luar diri kita.

4. Tidak berfungsi sendirian
Pensil tidak dapat bekerja sendirian, tetapi pensil membutuhkan manusia agar dapat berguna dan bermanfaat. Begitu juga dengan kita. Tuhan tidak menciptkan kita untuk jadi manusia yang cuma mementingkan diri kita sendiri, tanpa mau berhubungan dengan orang lain.
Bayangkanlah seorang aktor atau aktris yang tidak mau diatur sutradaranya. Agar berhasil, kadang kita harus belajar dari pensil untuk ‘tunduk’ dan membiarkan diri kita berubah menjadi alat yang sempurna dengan belajar dan mendengar dari ahlinya.

5. Patah
Saat pensil itu patah ditengah atau dalam arti kita menjauh dari Tuhan, itu akan membutuhkan waktu lagi untuk menyerutnya dan patahan pensil itu adalah waktu yang terbuang dengan sia-sia.
Memang Tuhan memberikan kesempatan kedua, tapi moment yang sudah lewat tidak akan bisa diulang lagi. Moment yang sudah lewat ada konsekuensinya, walau kita dapat second change dan dosa membuat kita membayar lebih mahal.
Pengkotbah 3:11 (He had made everything beautiful in each time) “nya” huruf kecil karena itu berbicara mengenai timing. Ex: wine akan enak pada saat musimnya.

6. Hasil
Disaat-saat terakhir, apa yang kita hasilkan itulah yang menunjukan seberapa bergunanya kita. Bukan pensil yang utuh yang dianggap berhasil, tetapi pensil-pensil yang telah membantu menghasilkan karya terbaik yang berfungsi hingga potongan terpendek.
Pensil pun mengajarkan kita meninggalkan warisan yang berharga melalui karya-karya yang kita tinggalkan. Tugas kita bukan kembali dalam kondisi utuh dan sempurna, melainkan menjadikan diri kita berarti dan berharga. Itulah filosofi ‘memberi dan melayani’ yang diajarkan oleh Tuhan kita. Itulah sebabnya Ibu Teresa dari Calcutta ataupun Albert Schweitzer yang melayani di Afrika lebih mengumpamakan diri mereka seperti sebatang pensil yang dipakai oleh Tuhan. Yang penting, hingga pada akhir kehidupan kita ada karya ataupun hasil berharga yang mampu kita tinggalkan.
Contoh: saat kita diminta untuk melukis tugas akhir design, anda diberi pilihan untuk menggunakan pensil “Faber Castel” dan satu lagi pensil dengan merek yang tidak terkenal, tapi sama-sama 2B, kalian tentu akan memilih Faber Castel bukan? Kenapa? Karena kita melihat “Brand”.. bukan karbonnya yang dipuji orang, karbon disini dalam artian diri kita, tapi “Brand” itu yang dipuji. Untuk itu biarlah saat kita sukses, orang-orang dapat melihat “Brand” itu, yaitu Tuhan kita, Yesus Kristus.. sang pemberi hidup.. 
 *Dari berbagai sumber*

Share:

0 comments